Senin, 18 November 2013

Terhenti Tanpa Memiliki

0 komentar
Pada pertukaran rasa yang tak seimbang, aku menaruh bimbang. Ketika meneruskan hanyalah berarti menambah perih pada luka lainnya, dan berhenti juga tak menyembuhkan apa-apa. Menaruh harap pada waktu yang akan menjawab, mungkin saja percuma, sebab hatimu sudah ada pemiliknya. Sedangkan aku, hanya tamu yang diundang pada sedikit kesempatan saja.

Belum genap memiliki, tapi hati ini seperti dipaksa berhenti mencintai. Harapan sudah mencapai menara tertinggi, tapi terjatuh karena tahu kau sudah ada yang memiliki. Kornea seperti tercelik pada realita. Tadinya pinta bergegas menyapa pencipta agar lekas menyatukan kita. Tapi doa-doa itu menabrak dinding negeri utopia, menyadarkanku bahwa seharusnya angan-angan berhenti disini saja agar tak menyakiti siapapun. Andai pertemuan kita tak berbentur pada garis segitiga yang menyatukan aku, kamu, lalu dia pada sudut-sudutnya.

Pada ketiba-tibaan datangnya sebuah rasa, aku memupuk asa. Seakan tidak peduli, bahwa bagian kosong di hatimu sudah ada yang menduduki. Juga tak ingin ambil pusing dengan kenyataan yang mengharuskan kita berada pada jalannya masing-masing. Mungkin sebenarnya ada garis tak kasat mata yang menghalangi agar aku tidak melangkah lebih jauh lagi. Namun aku memilih untuk berpura-pura tidak menyadari keberadaanya.



Rasa

R - A - S - A

Empat huruf yang biasa-biasa saja namun bisa mematahkan logika. Hati tidak pernah memilih kepada siapa ia diambilalih, yang aku tahu aku jatuh cinta pada pandangan pertama hingga seterusnya. Pada sebuah keramaian dan kamu menjadi pusat perhatian sedang aku hanya duduk di pojokkan, menyaksikanmu dari belakang.

Siapa sangka kamu kamu yang seperti lampu pada saat setelah turun hujan yang memanggil laron untuk menari di dekatnya malah menghampiriku, orang yang menyatu dalam bayang-bayang gelap keramaian. Kita pecah dalam perbincangan tentang banyak hal hingga kembali utuh dalam kata kenyamanan. Segalanya aku lakukan dengan beberapa kali melakukan penolakan terhadap hatiku sendiri, kamu telah bersamanya dan seharusnya aku tahu diri. Tapi kenyataannya hanya dengan tatapan tenang luar biasa pertahananku runtuh seketika.

Bukan salah hati, jika sedikit cinta mampu mengundang rindu setengah mati. Bukan pula salah hati, jika sedikit cinta kelak menjadi alasan ada rasa yang tersakiti. Nyatanya, cinta memang Tuhan ciptakan dengan mata yang buta arah. Bisa menuju siapapun, bisa terjatuh di manapun.

Sebenarnya aku sudah lelah menjatuhkan cinta pada hati yang salah. Aku juga ingin rasaku berbalas, bukan terus menerus berbatas. Harus meminta seperti apa lagi, agar hatiku yang masih kutitipkan padamu, bersedia pulang kembali? Karena setiapku membiarkan perasaan-perasaan ini tinggal, aku takut lukaku semakin kekal.

Padahal bukannya tak kucoba mendayung perahu gerakku keluar dari zona segitigamu, tapi setiap gerikmu merangkul rasaku untuk tetap disitu. Posisiku selalu serba salah. Di sisi diri, aku tak ingin kau dirangkul oleh orang yang salah. Karena hati ini bisa membahagiakanmu dengan berlipat kali dari yang ia beri. Tapi disisi hati, aku akan menjadi sangat salah jika berulah dengan merebutmu dari dia yang mencintaimu amat parah. Tak mungkin menumpukkan luka dengan sesuka demi kebahagiaanku semata. Pada akhirnya, aku akan meminum racun air mataku sendiri karena tak berdaya meraih kamu untuk berada disisi.

Sewujud cinta tak pernah tahu dengan pasti di mana ia semestinya berada. Karena bukankah ia tumbuh begitu saja? Ini bukan pilihannya jika kemudian ia berada di antara sepasang yang sedang sebenar-benarnya merindukan rasanya pulang. Ini di luar kemampuannya, jika ia justru menjadi sosok ketiga. Sepasang mata yang tanpa henti ia tatap, mungkin karena di situlah ia merasa sudah menemukan jawab. Hingga kemudian kenyataan menjadikannya lenyap. Kemanakah ia harus melangkah? Ketika untuk menetap ialah tidak mungkin, pun untuk meninggalkan hanyalah sebuah langkah yang begitu berat.

Saat seperti ini aku ahli mencari siapa yang salah, kali ini waktu jadi korbannya. Jika saja ia mempertemukan kita lebih dulu sebelum ada janji yang mempersatu atau setidaknya andai aku tahu ada hati yang mendoakannya selalu sebelum cinta ini menjadi terlalu. Jika kebahagiaan harus diciptakan maka bersamamu adalah ketidakmungkinan.

Begitu banyak pertanyaan terjun bebas ke kepalaku tanpa jawaban yang sejatinya aku tidak tahu. Yang aku tahu aku mencintaimu, tapi akan rumit dalam realita. Setiap hari aku harus menenangkan rindu yang berteriak mencari dimana tuannya, karena senyatanya dia tidak diaku siapa-siapa. Kamu bersamanya sejak kemarin hingga hari ini, sedang aku selalu menjadi sendal jepit yang meski nyaman namun tak akan pernah digunakan dalam acara-acara peringatan.

Kamu tahu aku ada, kamu mencariku saat bertengkar dengannya lalu aku dengan mati-matian harus menahan diri bahwa orang yang aku cintai sedang bercerita banyak tentang orang yang dia cintai. Lagi-lagi aku tidak berdaya, aku menurunkan kasta, jika mencintaimu sulit, maka ijinkan aku ada di saat kau sulit.

Setoples air mata telah kutampung dengan percuma, sebab tak akan memberi pengaruh apa-apa bagi hatimu yang hanya untuknya. Sepenggal harapan hati hanya ingin istirahat menanti, setelah berjuta hari menunggumu di sini. Mencintamu itu bukan penyesalan, namun nyatanya tak ada cinta yang tak ingin diberi balasan.

Yang kuingin kebahagiaan, seperti kala sepasang mataku menyaksikan kalian berduaan. Yang kuingin kepastian, tentang tarik menarik asa dan rasa yang seperti tak ada ujungnya. Yang kuingin cinta yang sederhana; cukup sederhana hingga aku tak perlu meminta apa-apa untuk dapat merasa bahagia, hingga aku tak perlu merasa kecewa sebab keinginan tak sejalan dengan kenyataan, hingga aku tahu rasanya dicinta tanpa perlu mengiba.

Biarkan perasaan ini perlahan mengikuti aliran tanpa terlihat sebagai kesalahan, karena menurutku ini bagian dari pelajaran dalam perjalanan. Pada siapapun ia takkan mungkin menurut, sampai waktu yang tepat membiarkan ia menyurut. Meski hati begitu mengingini, tapi aku tahu batas-batas yang tak bisa dipanjati. Entah siapa yang akan menggesermu dari segala ketetapan-ketetapan perasaan, tapi aku hanya bisa menyerahkannya pada Tuhan.



Aku sedang menunggu saat yang tepat untuk keluar dari segitigamu, lalu silahkan buatlah garis lurus agar dua sudut bersatu. Yah.. garis penemu untuk dia dan kamu. Bahagialah dengan kebahagiaanmu yang serba tanpa aku. Tersenyumlah selalu meski senyumanmu lahir di balik tangisanku..
















Untuk Kritik, Saran, dan Keluhan silahkan layangkan lewat post komentar dibawah ini, Thanks!
Read more...

Minggu, 17 November 2013

Tiba - Tiba Cinta Datang..

1 komentar
Aku telah berpencar ke seluruh penjuru, ternyata pencarianku berhenti padamu. Tiba-tiba kamu tiba dan mengubah yang tiada menjadi ada, seperti cinta misalnya.Kamulah tempat pandangan kornea perlahan-lahan berpusat. Kamulah satu-satunya labirin yang membuatku rela tersesat. Kini kutemukan radar yang mampu mendeteksi keberadaanmu dengan kuat meski tak dari jarak yang dekat, mungkin lewat hati yang sudah ingin melekat.

Setiap kali kamu lewat, rasa di dada mulai bergetar hebat, namun bibir bisu merapat. Berharap ini pertanda bahwa kamulah sosok yang kutunggu, bukan yang hanya mampir sesaat. Aku mulai berharap banyak pada ini-itu, termasuk kebetulan-kebetulan yang sebenarnya tak pernah masuk akal. Berdoa semoga ini cara takdir menyatukan kita sebagai kelak yang kekal.

Bukalah pintu di dadamu, sebab telah kuketuk sejak pertama kita bertemu. Bukalah celah pada hatimu, agar anak-anak rinduku bisa berteduh dari hujan cemas; sebab menjadi yang belum pasti selalu membuatku was-was.

Dari segala perasaan-perasaan yang tersimpan, ada satu ketakutan mengapa belum juga isi hati kuutarakan. Benar aku dihampiri keraguan kalau perasaan ini sedang kubangun sendirian. Dan dibalik ketidaktahuan, cinta tak sama sekali kamu rasakan. Tapi aku berdoa, semoga kesempatan masih diberikan agar hatimu tak berpenghuni dan pada suatu waktu hatimu bisa kucuri.

Mungkin keberanian belum bermain dalam arena permainan karena dulu kekecewaan lahir sebagai juara bertahan. Tapi kini kuletakkan percaya pada tingkat pertama diatas segalanya. Karena jika hanya menaruh mata pada masa lalu, selamanya akan terkubur disitu. Jika benar cinta milik orang yang percaya, aku akan memulainya lewat mempercayai cinta yang masih berwujud pinta. Jika benar cinta milik orang yang percaya, seandainya kecewa lagi-lagi tiba aku akan menganggapnya sebagai guru pendewasa.

Sementara setiap pertemuan selalu membawa kepada ketidakpastian, entah mengapa aku justru terus memupuk nyali. Sebab pada hati yang sama, aku terjatuh berkali-kali. Seakan aku percaya sepenuhnya pada takdir yang kelak akan menjadikan kita sejoli. Namun aku mengerti, bahwa hal yang paling buruk sekalipun bisa saja terjadi. Kamu memilih lain hati, misalnya.

Yang perlu kamu tahu, tak mengapa aku diminta terus menunggu, jika pada akhirnya tetap padaku hatimu menuju. Tak mengapa aku diminta terus bersabar, jika pada akhirnya tetap untukku rasamu menyebar. Juga, tak mengapa aku harus menghentikan rasa, jika pada akhirnya tetap bukan padaku kamu menitip cinta.

Aku tak peduli dengan kekhawatiran tentang harapan yang akan pupus, pun pada luka yang nantinya akan membius. Padamu aku ingin menetapkan titik fokus. Aku tahu ini terlihat tiba-tiba, tapi sungguh hati tak mengada-ada. Jika bisa kuelakkan teori gravitasi yang menantangi hati untuk terlempar lebih jatuh lagi, pasti kulakukan. Tapi mungkin begini kerja cinta yang sulit dibaca logika, tak bisa kita bermatematika atau memakai rumus-rumus yang tersimpan dalam kepala. Selama apapun memutarinya, takkan bertemu jalan keluarnya. Karena cinta bekerja lewat cara rahasia.

Sungguh, aku lelah dipermainkan hatiku sendiri. Rasanya ingin tanyakan segera: akankah kamu memilihku, atau yang bukan aku?

Ketidakpastian memang indah, membuat kita berdebar dan banyak menduga. Namun apalah yang lebih indah dari kepastian yang sesungguhnya, ketika ada rasa yang saling berkata ‘iya’ untuk sebuah keadaan ‘bersama’?

Sampai kapan harus menunggu agar takdir kita saling menjemput? Sampai kapan harus menunggu agar cinta kita saling menyambut?

Sampai Tuhan mengizinkan, tentu saja. Ya, aku sebetulnya tahu jawabnya, namun aku terlalu tak sabar untuk segera melaluinya.

Kedatanganmu yang tiba-tiba memang mengejutkan seisi hati. Ada tanya yang menggerogoti, “Siapkah jatuh, hati?” Setelah kuloncati satu persatu peristiwa yang menghadirkan kita ditengah-tengahnya, aku sadar jika saja semua terlewati tanpamu pasti semudah itu muncul rindu. Tanpa perlu kupompa keluar, rindu sudah menunggu di luar pagar. Berkali-kali lagi bahagia pun dibawa oleh kedua tanganmu disetiap kedatanganmu.

Lewat cara-cara sederhana, aku telah jatuh cinta. Meski dikunjungi tiba-tiba, aku tak ingin kamu keluar sebagai pengunjung, tapi inginku sebagai pengisi satu-satunya relung. Menghitung hari tidaklah menjadi mudah bagiku, sebab setiap detik waktu selalu mendesak untuk bertemu. Juga tak mudah untuk mencoba tenangkan inginku yang hanya kamu, mungkin begitulah mencinta tanpa jemu.

Pada akhirnya nanti, yang kupunya hanya harap dan doa dalam kotak hati. Semoga semesta memberi jalan yang pasti agar kamu datang membuka kunci, kemudian kita saling memiliki. 

















Untuk Kritik, Saran, dan Keluhan silahkan layangkan lewat post komentar dibawah ini, Thanks!
Read more...

Rabu, 06 November 2013

Happy Birthday to you..

0 komentar




“Happy Birthday to you.. 

Happy Birthday to you.. 

Happy Birthday.. Happy Birthday.. Happy Birthday to you....”







Hallo,, Happy Milad yang ke-19 yah.. Semoga Sehat selalu.. Panjang Umur... Banyak rezeki.. Tambah Pinter.. dan Diberi kemudahan dalam mencapai impian.. Amiin... 



Oiyaa.. Sekarang Jam menunjukkan Pukul 23.57 ini adalah menit – menit terakhir di penghujung hari ulang tahunmu.. Sebenernya seharian ini adalah hari yang berat buatku, karena aku harus melawan ego dan ambisiku, demi untuk bisa mengucapkan semua ini terakhir dihari ini.

Aku memang sengaja mengucapkan semua itu sekarang, dan tidak secara langsung, kenapa ?

Ketika semua orang berlomba-lomba untuk menjadi yang pertama mengucapkan selamat ulang tahun kepada orang yang mereka sayang, aku justru ingin mengucapkan ini terakhir di penghujung hari tepat dimana kamu berulangtahun. Karena Aku tahu posisiku sekarang.. aku gak mau jadi yang pertama ngucapin karna aku sadar, bahwa ada seseorang yang lebih pantas dan berhak untuk itu. Aku juga tak mau mengucapkan itu ditengah hari, karna aku punya perasaan lebih dan aku tak mau jika disetarakan dengan teman-temanmu yang lain. Oleh karena itu, aku memutuskan untuk mengucapkannya di penghujung hari, tidak secara langsung dan berharap jadi yang terakhir ngucapin.



Karena bersama ini aku juga berharap nantinya aku menjadi orang terakhir dihati dan cintamu.. Aku adalah titik henti, dimana kamu melabuhkan hati dan cintamu seutuhnya.. Dan menjadi yang terakhir yang akan mendampingimu sampai Tuhan menutup usia kita, kelak di waktu senja. Semoga saja..















Untuk Kritik, Saran, dan Keluhan silahkan layangkan lewat post komentar dibawah ini, Thanks!
Read more...

Minggu, 03 November 2013

Titik Henti!

0 komentar
Kupikir, semesta akan mengetuk perlahan kedua kelopak mataku, lalu menyadarkan dari mimpi yang ketinggian. Nyatanya, ia mengejutkan dengan sebuah kenyataan, bahwa kebahagiaanku selama ini sedang menikmati bahagianya yang tanpa aku.

Kini, seringkali aku bertanya-tanya, adakah hujan di tempatnya berpijak? Atau di sekeliling terasa seperti musim semi selamanya?

Semisal ada yang menyebut ini cinta, barangkali hatiku langsung menyetujuinya. Namun akalku, bilang tidak. Sebab akupun tahu, jika cinta tak baik kurelakan begitu saja.

Ini sudah bukan tentang musim yang terus berganti. Ini tentang hati, yang bersikeras masih menanti, meski tak ada yang pasti.

Tanda tanya besar mengganggu dalam benak, sibuk mempertanyakan nyata atau tidak.Di satu sisi aku merelakan bahagiamu, namun di sisi lain bertanya-tanya mengapa bukan denganku. Di satu sisi aku enggan untuk lebih lama menunggu, di sisi lain barangkali masih ada harapan untuk kita bersatu. Ternyata tak semudah itu menjadi rela, meski untuk melihatmu bahagia.

Semakin aku merasa ini tak adil, semakin pedih terasa di hati. Percuma terus begini. Toh aku di sini, kamu dengannya, kita tak mungkin bersama. Baiknya kupadami saja segala bara yang masih menyebut namamu tanpa jeda, agar luka ini tak kubiarkan terus menganga. Baiknya memang kita tak lagi saling menyapa, sebab sepatah kata darimu mampu memanggil jutaan debar di dadaku.

Seperti tahu betul kelemahanku, semesta selalu menghadirkan kamu. Atau mungkin aku yang diam-diam mengantarkan kenangan tentangmu, hingga pada titik yang terdekat. Berbagai macam hal yang semesta suguhkan, mengapa kamulah garis akhir dari segala ingatan?

Rasanya aneh, ketika ingin pergi dari hati yang tak pernah dihuni. Barangkali sama seperti melepas yang tak ada dalam genggaman. Rasanya aneh, ketika harus merelakan hati yang tak pernah dimiliki. Barangkali serupa meninggalkan tempat yang belum sempat kujejaki. Rasanya aneh, ketika harus terluka sebab sesuatu yang kuanggap cinta, padahal kamu tak pernah menganggap itu ada. Barangkali serupa menangis tersedu, namun tanpa air mata.

Barangkali serupa aku yang kepadamu, dan titik takdirku yang hanya ingin henti di situ.

















Untuk Kritik, Saran, dan Keluhan silahkan layangkan lewat post komentar dibawah ini, Thanks!
Read more...